Sinema
Review Film Kulari ke Pantai; Road Trip Menyenangkan
Sulit menolak untuk nonton film anak-anak yang diproduksi
Miles Film. Rumah produksi ini sudah seperti rumah film anak berkualitas dan
menjelma menjadi standart. Kita bisa dengan mudah menyebut film anak bagus yang
pernah diproduksi Miles Film; Untuk Rena (2005), Laskar Pelangi (2008), Sang
Pemimpi (2009) dan yang paling fenomenal adalah Petualangan Sherina (2000).
Saat tahun lalu Mira Lesmana mengumumkan akan memproduksi
film anak bersama Riri Riza, masyarakat menyambutnya dengan antusias.
Setidaknya itu yang terlihat di media sosial. Keduanya juga mengumumkan akan
bekerja sama dengan dua orang lain untuk menulis skenario; Gina S Noer dan Arie
Kriting. Tentu ini menambah semangat masyarakat menanti film tersebut rilis.
Gina adalah penulis skenario berbakat yang sudah menghasilkan film tiga
diantaranya Perempuan Berkalung Sorban (2009), Habibie & Ainun (2012), dan
teranyar Posesif (2017). Lalu dengan adanya nama Arie Kriting, sudah
menjanjikan bahwa film ini akan disertai humor, sesuatu yang sangat jarang
disentuh Mira Lesmana dan Riri Riza di film-film sebelumnya. Kemudian jadilah
Kulari ke Pantai yang tayang di beskop sejak 28 Juni lalu ini.
Tiga puluh menit pertama duduk di kursi penonton, saya agak
bingung dengan cerita awal. Kisah yang dibangun terkesan terburu, dialog
terlalu biasa dan sangat cepat sampai akhirnya saya terlambat mencerna siapa
saja karakter yang akan main di film ini. Sebenarnya ini biasa dilakukan Riri
Riza dan Mira Lesmana di film-film anak sebelumnya. Keduanya menggunakan
pemeran utama anyar dan baru pertama kali diperkenalkan ke dunia film. Sebut
saja Maudy Ayunda di film Untuk Rena, Zulfanny di Laskar Pelangi, Vikri
Setiawan dan Rendy Ahmad di Sang Pemimpi, bahkan Sherina di Petualangan
Sherina. Tapi untuk Kulari ke Pantai, karakter utama terlalu sering berbaur
dengan pemeran pendukung yang membuat mereka tersembunyi.
Cerita lalu masuk ke perjalanan yang menjadi jantung film
ini. Petualangan yang secara otomatis mengeliminasi karakter-karakter pendukung
tadi dan menyisakan para pemeran utama sebagai arus yang harus diikuti. Arusnya
lembut dan sangat mudah diikuti. Skrip dan dialog di dalamnya enak dibaca
pikiran, sehingga semua perseteruan kecil yang ada tergambar sebagai kronologis
yang jelas.
Kulari ke Pantai memperkenalkan dua anak perempuan sebagai
pemeran utama; Maisha Kanna dan Lil'li Latisha sebagai Sam dan Happy. Karena
masa lalu keluarga, keduanya harus terlibat pertengkaran-pertengkaran kecil.
Drama dua perempuan kecil sebagai saudara sepupu. Untuk itu, keduanya
didampingi oleh Marsha Timothy (Mama Uci/Ibu Sam) sebagai penengah yang tampil
memukau seperti biasa.
Singkat cerita, Sam, anak Uci dan Irfan yang diperankan Ibnu
Jamil, ketiganya tinggal di Rote NTT, ingin bertemu Keilani Johnson di Pantai Plekung atau yang sering disebut G-Land.
Uci sebagai Ibu, ingin mengabulkan keinginan anak semata wayangnya itu dan
menjadikannya sebagai janji. Lalu mereka merancang rute perjalanan, tapi
sebelumnya mereka sekeluarga harus menghadiri ulang tahun Grandma Sam di
Jakarta. Jadi Rote-Jakarta lalu road trip ke ujung timur Jawa. Di rumah Grandma
di Jakarta, Sam bertemu lagi Happy, sepupunya, setelah sekian lama. Keduanya
tidak lagi akur dan seringkali bertengkar kecil selama di Jakarta. Melihat itu,
Ibu Happy ingin Happy ikut road trip yang dilakukan Sam dan ibunya ke G-Land,
dengan harapan keduanya kembali akrab.
Melihat perjalanan yang dilakukan dalam film ini, sedikit
mengingatkan saya pada film Tiga Hari untuk Selamanya yang juga digarap oleh
Riri Riza. Tapi yang ini versi anak-anak, keluarga dan fun. Konflik yang
dihadirkan ada di hampir sepanjang perjalanan tapi kecil-kecil dan penuh pesan.
Ditambah, menampilkan pemandangan menarik di setiap kota yang disinggahi.
Beberapa karakter di film ini adalah bintang atau pernah
jadi pemeran penting di film besar. Di awal, saya sempat terganggu dengan para
cast tersebut, karena seolah kebintangan mereka terlalu kuat. Tapi setelah
perjalanan dimulai, Maisha Kanna dan Lil'li Latisha benar-benar mendominasi dan
bersinar dengan peran yang dibangun sejak awal. Terutama Lil'li Latisha,
karakternya kuat dan unik dengan ciri khasnya. Saya menduga, Lil'li Latisha
akan bersinar di kemudian hari, punya filmnya sendiri dan akan sering kita
temui di banyak penampilan.
Peran pendukung lainnya yang gak kalah seru adalah Dodit
Mulyanto dan Suku Dani. Dodit yang sudah sering muncul di banyak film ini
seperti biasa menjadi penyegar dengan humornya. Tapi saya merasa di film ini,
penampilan komedi Dodit kurang prima, tidak seperti biasanya. Meski munculnya
hanya sebentar, Dodit berhasil menghadirkan tawa penonton. Beda lagi dengan
Suku Dani, dia muncul agak sering. Dikit-dikit, tapi sering. Sama seperti tawa
yang dia munculkan, volumenya dikit, tapi sering. Buatku, Dani adalah scene
stealer di film ini. Juga, karena ini adalah perjalanan panjang, ada
orang-orang yang mereka temui di kota-kota tempat mereka singgah. Mereka pun
asik-asik. Seperti Pak Gondrong pemilik warung sate, Baruna, Mama Mela, serta
sejoli fotografer Edi dan Fifi.
Dalam dua tahun belakangan, film-film Indonesia menampilkan
grafik yang bagus dari banyak hal. Jumlah, skenario sampai kualitas gambar.
Karenanya, setelah dibandingkan, saya merasa tektokan Kulari ke Pantai tidak
terlalu bagus. Tidak halus. Transisi dari satu frame atau scene ke scene
berikutnya tidak berjalan mulus. Sehingga kita menyadari hal itu dengan mudah.
Satu lagi, penempatan sponsor yang mengganggu. Tapi kekurangan itu dengan gampang tertutupi oleh cerita, pesan, dan semua karakternya.
Pesan. Meski munculnya sekelabat, tapi pesan di film ini mudah melekat. Seperti
'kalau Kau menggunakan Bahasa Inggris terus, bisa-bisa Kau lupa dengan bahasamu
sendiri, Bahasa Indonesia', dan itu diucapkan oleh bule yang sudah
bertahun-tahun berada di Indonesia dan fasih berbahasa Indonesia dengan logat
Papua.
Saya menganjurkan orang tua mengajak anaknya untuk nonton
film ini. Bagus, bukan hanya untuk si anak, tapi juga kita yang sudah dewasa.
Saya menyarankan nonton bukan hanya untuk mengisi liburan, tapi karena seperti
ulasan di atas, film ini punya banyak pesan moral yang layak diperhatikan.
Pesan-pesannya mudah dicerna, natural dan tidak menggurui. Alunan musik yang
dipercayakan Aksan Sjuman juga enak didengar, tidak berlebihan. Nyaman. Skor
4/5.
Kulari ke Pantai
| 2018 | Durasi: 112 menit | Sutradara:
Riri Riza | Penulis: Rizi Riza, Mira
Lesmana, Gina S. Noer, Arie Kriting | Produksi: Miles Film | Negara: Indonesia | Pemeran:
Maisha Kanna, Lil'li Latisha, Marsha Timothy, Suku Dani, Lukman Sardi, Ibnu
Jamil, Karina Suwandhi, Dodit Mulyanto, Edward Suhadi, Ligwina Hananto dst.
Tidak ada komentar