Pengalaman Berbuka Puasa di Masjid Ampel


Sudah sering ke Masjid Ampel, tapi belum pernah mengalami berbuka puasa di sini. Jadi malam ini, sekalian menemani Ifa, tamu jauh dari luar negeri, saya berinisiatif berbuka puasa di Masjid Ampel.


Karena sering, saya tidak sulit menemukan Masjid Ampel. Letaknya di jalan Nyamplungan, menjelang Pasar Pegirikan dan berbalikan jalan dengan Mas Mansyur. Kalau tidak tau, Google Maps bisa sangat membantu. Atau memanfaatkan bertanya, insya Allaah juga bisa. Masjid Ampel sangat terkenal di kalangan muslim penikmat takziyah, bahkan di luar Surabaya sekalipun. Karena Masjid Ampel adalah satu denah dengan makam Sunan Ampel, salah satu Wali Songo, yang menyebarkan agama Islam di Indonesia, khususnya Jawa.

Masjid Ampel memiliki banyak pintu. Kamu bisa lewat Nyamplungan, lewat Mas Mansyur, atau gang Ampel Kembang. Motor diparkir di depan, di jalan Nyamplungan atau Mas Mansyur. Setelah itu Kamu jalan di lorong yang dipenuhi penjual keperluan muslim-muslimah di kanan-kiri. Mulai busana seperti sarung, jilbab, mukena, baju koko, songkok, dan lainnya, sampai makanan khas timur tengah seperti roti maryam, kebab, dan kurma. Juga ada aksesoris seperti tasbih, gelang, dan sajadah. Lengkap.


Saya dan Ifa nyampe sana sekitar pk. 16.00 WIB. Parkirnya dua ribu, bayar di awal. Sengaja datang sesore itu karena saya mau belanja dulu buat Bapak dan ingin berkeliling dua lorong yang disesaki para sodagar itu. Menjelang pk. 17.00 WIB, kami sudah masuk ke kawasan masjid utama untuk berbuka puasa dan shalat Magrib. Di halaman masjid, ada air mineral gelas berkardus-kardus dibuka, dan dibiarkan buat diambil orang-orang.

Tadinya kami sempat bingung mau beli air mineral atau tidak. Saat bayar sarung di sebuah toko, penjualnya menyarankan agar segera ke masjid, karena di sana jam segini akan dibagikan air mineral untuk berbuka. Kami hanya butuh air mineral sebenarnya, karena Ifa membawa coklat negeri Jiran di tasnya dalam jumlah banyak. Tapi toko-toko ini banyak yang menjual air zam-zam, ya kali kami beli. Mungkin ada yang jual, tapi kelewatan liat karena daritadi fokus nyari sarung.


Masjid Ampel, masjid utamanya, dikelilingi banyak akses. Daritadi kami sebut masjid utama, karena di lorong-lorong dan parkir mobil, juga ada masjid, tapi ukurannya lebih kecil dari masjid utama yang guede ini. Selain dikelilingi banyak askes, juga dikelilingi banyak tempat wudlu', bagi laki-laki. Bagi perempuan, tempat wudlu'nya tidak satu bangunan dengan masjid utama. Harus pakai sandal menuju ke sana untuk wudlu'. Kalau yang laki-laki, tanpa pakai sandal bisa, karena jadi satu bagian bangunan dengan masjid.


Setelah Wudlu', kami duduk di bagian luar/teras masjid. Ternyata boleh duduk laki-laki dan perempuan. Saat itu juga, beberapa orang membagikan nasi bungkus dari kardus yang mereka pegang. Mereka mendatangi orang-orang yang duduk di situ dari arah teras bagian selatan. Lalu mengelilingi teras sampai ke orang-orang yang duduk di bagian utara. Pembagiannya kadang cukup sporadis. Juga tidak tertib. Karenanya, banyak orang yang sudah membeli takjil/minuman/makanan sendiri, untuk berbuka di sana.


Dan seperti yang saya bilang tadi, di kawasan ini, banyak sekali yang jual makanan/minuman. Mulai gorengan biasa, gorengan yang agak berat mengenyangkan seperti Roti Maryam dan Kebab, sampai minuman es.


Adzan, kami menghabiskan minum lalu beranjak ke dalam masjid buat shalat Magrib. Lha iya, masak Isya'. Kelar. 

Hal yang kurang nyaman di Masjid Ampel adalah, banyak orang yang membuat jama'ah sendiri, padahal sedang ada shalat jama'ah lain yang sedang dilakukan. Tidak hanya satu, banyak. Mungkin karena yang ke sini adalah para petakziyah, pendatang dari luar kota dan datang secara berkelompok. Jadi mereka mikirnya shalat dengan rombonganku saja. Padahal ya gak boleh.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.