Sinema
Review Film Koki-koki Cilik; Mengenyangkan
Menyenangkan rasanya mengetahui ada dua film anak-anak yang
muncul tengah tahun ini. Memberikan oase film pada anak setelah beskop hingar
dengan film superhero, itupun tidak semua ramah ditonton di usia mereka. Kulari
ke Pantai dan Koki-koki Cilik memang tidak merebut jumlah penonton sampai
sejuta, tapi kehadiran keduanya di liburan sekolah ini sangat menyenangkan,
untuk jeda, untuk alternatif tontonan dan untuk merayakan momen hangout bersama
orang tua. Momen yang tepat. Dan lagi, keduanya bukan ujug" muncul untuk
mendapatkan penonton karena musim liburan, tapi memang karena kualitasnya, film
ini layak ada di momen pendek ini.
Koki-koki Cilik hadir dengan durasi 91 menit, lebih sedikit
22 menit dari Kulari ke Pantai. Karenanya, pengenalan karakternya jauh lebih
cepat tapi mudah dimengerti. Bima (Farras Fatik), anak keluarga tidak mampu,
berhasil ikut Cooking Camp, sebuah acara memasak anak-anak yang sangat populer.
Ibu dan semua warga kampungnya senang. Ibunya ingin Bima bersenang-senang
dengan passion yang dipilih anaknya. Sementara Bima, ingin sekali menjuarai
kompetisi yang ada di Cooking Camp dan menggunakan hadiahnya untuk membuka
kembali warung makan milik almarhum bapaknya. Dan berkat dukungan moril serta
materiil dari para tetangganya, Bima bisa ikut Cooking Camp.
Dari awal saja, penonton sudah diajak untuk membuka senyum
untuk diikat mengikuti alur cerita yang akan dihidangkan sampai akhir. Dengan
niat begitu, kita bisa langsung memprediksi kalau Bima akan menang dan
mendapatkan hadiah itu untuk meluluskan niatnya. Tapi Ifa Isfansyah (Garuda di
Dadaku, Sang Penari, Pendekar Tongkat Emas) sebagai sutradara, menghadirkan
unsur penasaran yang membuat kita mau duduk antusias sebentar lagi buat
mempertaruhkan benar tidaknya prediksi tadi. Ifa bukan orang baru di dunia film
anak. Sudah dua kali dia membuat yang begini dan sangat hangat ditonton: Garuda
di Dadaku di tahun 2009 dan Ambilkan Bulan tiga tahun setelahnya.
Bima dengan segera mendapatkan tempat di Cooking Camp
sebagai bahan bully-an. Tentu saja karena status sosialnya yang beda dengan
banyak peserta di sana. Dikerjain oleh kelompok anak bandel dan difitnah hingga
sering mendapatkan hukuman dari Chef Grant (Ringgo Agus Rahman). Secara
kebetulan, Bima bertemu Rama (Morgan Oey), seorang pelayan yang mahir membuat
dan mengolah masakan. Melihat itu, Bima tidak ragu ingin belajar masak dari
Rama.
Peran Farras Fatik sebagai Bima yang lugu bagi saya sangat
berhasil. Juga berhasil mengganggu Rama hingga akhirnya Rama bersedia mengajari
Bima, dengan judes. Setengah perjalanan film, kita dihadirkan dengan banyak
chemistry yang dilakukan Bima pada sekelilingnya. Dengan Rama, yang dia anggap
seperti guru masak sekaligus sosok bapak. Dengan keempat temannya yang sangat
dekat layaknya saudara, hingga dengan saingannya dalam kompetisi yang juga
juara bertahan di Cooking Camp.
Keluguan pada Bima yang dihadirkan Ifa sangat khas pemeran
utama. Tertindas, tapi cerdas. Kolaborasi keduanya kemudian membuat Bima
disukai banyak orang. Bima yang mewarisi bakat masak dari bapaknya, segera
memberikan kesan-kesan melalui masakannya pada Pak Malik (Andi Kurdi), pemilik
Cooking Camp sekaligus Juri Utama kompetisi. Karakter kuat yang ada di peran
utama, juga diberikan oleh Ifa pada karakter-karakter pendukungnya. Seperti Kevin
(Marcello) yang manja, suka makan dan friednly. Si si Alva (Ali Fikry) yang
setia kawan, Melly (Alifa Lubis) yang jenaka, suka nyeletuk nyinyir tapi jujur,
dan si Niki (Clarice Cutie) yang cantik, manis dan sayang teman-temannya.
Tak hanya penguatan karakter, Ifa dan Yadi Sugandi sebagai
DOP juga memberikan visual yang mengenyangkan. Lokasi shootingnya yang ada di
kawasan hutan dengan pamandangan menyenangkan dengan rimbun hijau pegunungan,
dipadu dengan gambar-gambar olahan makanan yang segera membuat kita merasa
lapar. Benar-benar lapar dalam arti sebenarnya. Tiap kali episode memasak, Ifa
selalu menjahit olahan masakan itu dalam satu frame hingga terdengar suaranya.
Sontak sebagian besar orang di studio tempat saya nonton langsung bergumam
'hmmm', 'wuihh, enak' dan semacamnya.
Lebih dari itu, Koki-koki Cilik adalah film keluarga yang
tidak hanya memberikan pesan sosial, tapi juga emosi. Ifa serta Vera Varidia
sebagai penulis skenario membuat emosi penonton naik turun dengan sukses.
Sekilas dalam satu adegan, kita akan tertawa karena tingkah Ringgo dan
teman-teman Bima, lalu dua adegan berikutnya kita langsung terharu dengan
konflik kecil yang dilakukan Bima dan Rama. Itu terjadi hampir di separuh kedua
film berlangsung. Bahkan tak jarang membuat air mata mengalir. Saya, dan juga
dua orang kanan kiri saya sesenggukan tiba-tiba saat ada adegan haru itu. Dan
saya menoleh melihat mereka menyeka air mata di pipinya.
Sayangnya, saya sedikit kecewa dengan Chef Grant dan Pak
Malik sebagai orang-orang yang sangat dihormati karena masakannya di film ini.
Sangat sedikit sekali saya temui keduanya memasak, sebagai alasan kenapa mereka
menjadi Ketua Chef dan Kepala Sekolah di Cooking Camp. Malah hal itu terlihat
banyak di diri Rama, yang mengajari Bima. Juga, saat beberapa kali kompetisi
berlangsung, tayangan olahan makanan hanya diperlihatkan kolase, tanpa kita
tahu apa itu benar-benar mereka yang masak, dari tangan mereka langsung atau
hanya gabungan gambar 'orang' lagi masak.
Akhirnya keraguan itu memanjang pada acara serupa yang ada
di TV; Master Chef Junior. Ya seperti itu. 'Gilak ini mereka beneran yang
masak..?'. Hasil masakan mereka terlalu jago untuk ukuran anak SD. Bima, Audrey
(Chloe X) dan kompetitornya menghidangkan makanan barat-timur dengan sangat
bagus. Secara visual dan penyajian, suguhan mereka menakjubkan. Dan segera
membuat saya meragukan kalau itu adalah usaha mereka. Tapi, hal" itu
dengan mudah tertutup oleh pesan-pesan yang ditampilkan dengan emosional oleh
karakter-karkaternya, dan Bima sebagai pusatnya.
Akhirnya, film ini tentang persahabatan, keyakinan dan
cinta. Ikatan yang Bima bangun dengan teman-temannya, dengan Audrey sebagai
kompetitor dan tentu dengan Rama sangat bagus dan baik. Ifa juga sangat
meminimalisir lobang-lobang yang akan merusak jalinan cerita. Seperti
penjelasan kenapa Rama sangat mahir memasak dan alasan kenapa dia jadi pelayan
di Cooking Camp. Juga kenapa Audrey digambarkan sangat dingin dan tidak mudah
berteman.
Film ini bahkan menyentuh sampai akhir. Hal itu bisa dilihat
dari pengorbanan Rama pada Bima, meluruhkan keangkuhannya dan tergerak untuk
berdamai dengan masa lalunya. Pengorbanan juga diberikan Bima pada Audrey dan
sebaliknya, yang membuat karakter-karakter itu bertransformasi dengan
memuaskan. Nilai 3/5.
Koki-koki Cilik | 2018 | Durasi: 91 menit | Sutradara: Ifa Isfansyah | Penulis:
Vera Varidia | Produksi: MNC Pictures | Negara: Indonesia | Pemeran:
Farras Fatik, Morgan Oey, Ringgo Agus Rahman, Chloe Xaviera, Andi Kurdi,
Marcello, Ali Fikry, Alifa Lubis, Clarice Cutie, dst.
Tidak ada komentar