Istirahatlah Kata-Kata; Pelarian yang Memilukan

Gunawan Maryanto memerakan Wiji Thukul dalam Istirahatlah Kata-Kata | foto: rappler.com

Jika Anda mengetahui ada fungsi lain film selain sebagai hiburan, tentu Anda akan senang dan fokus menonton Istirahatlah Kata-Kata. Film berdurasi 1 jam 45 menit itu ingin memberitahukan Anda tentang sesuatu. Tentang seorang penyair yang lantang bersuara, hilang. Tentang suasana sebuah zaman yang tidak jauh dari masa ini. Tentang sebuah perjuangan melawan tirani pemerintahan. Tentang sebuah pengorbanan karena terhimpit kuasa dalam sebuah pelarian. Dan tentang kata-kata yang akan terus hidup meskipun penulisnya entah di mana.

Meskipun film ini bergenre drama biopik, jangan berharap Anda akan melihat kehidupan Wiji Thukul (Gunawan Maryanto) secara utuh. Wiji Thukul tidak sedang berjuang dengan turun ke jalan dan hadir di tengah" unjuk rasa rezim Soeharto. Di sini, Wiji Thukul hanya ditampilkan dalam satu keping cerita hidupnya. Cerita saat dia ada dalam pelarian penuh kesunyian. Cerita saat dia tinggal di Pontianak dengan hari" yang mencekam. Cerita yang digambarkan Yosep Anggi Noen (Sutradara) dengan sedikit percakapan dan jauh dari hingar bingar perjuangan.

Wiji Thukul seringkali juga digambarkan lebih banyak merefleksikan diri dalam puisi buatannya, di pelarian. Dilema yang dia derita membawanya pada kegaduhan yang tak bisa diungkap dalam suara. Tapi lewat puisi yang dia buat tengah malam tanpa terang lampu. Kesunyian dan rasa mencekam itu juga menular ke orang" di sekitar Wiji Thukul. Bahkan sebuah pertanyaan tentang kartu identitas dan nama serta asal saja sudah berhasil memberikan rasa takut. Pelarian yang tak memberikan lega, tapi kalut.

Deskripsi kondisi itu diterjemahkan dengan baik oleh Gunawan Maryanto yang lebih banyak bermain dengan ekspresi dan gestur. Anggi, begitu sang sutradara biasa dipanggil, mungkin tidak familiar di pendengaran Anda. Tapi percayalah, Anggi adalah sutradara muda berbakat yang sudah membuat film berkualitas dengan caranya. Anggi muda dalam usia, muda juga di bilangan jumlah film. Salah satu film panjang Anggi adalah Vakansi Yang Janggal dan Penyakit Lainnya (2012). Sebelumnya, Anggi lebih banyak dikenal sineas pembuat film" pendek bersama komunitasnya di Jogja.

Thukul bersama Martin dan Thomas | foto: storibriti.com
Saya tidak tau pasti bagaimana Anggi memilih pemain"nya di Istirahatlah Kata-Kata. Bagi saya, pemilihan itu berperan penting mengantarkan sepotong kisah Wiji Thukul tanpa latar hidup dan simpang siur kehilangan sang penyair. Bagaimana tiap teman yang menampung Thukul dari rumah ke rumah dan menemani-nya ngobrol juga memperkaya perspektif kesepian dan ketakutan. Beberapa kali adegan obrolan Thukul dengan Thomas (Dhafi Yunan) dan Martin (Eduwart Boang Manalu), dua teman Thukul di Pontianak dibawakan dengan shoot yang panjang. Pertemuan" mereka minim suara dan musik untuk menegaskan keakraban dalam ketakutan.

Sipon yang diperankan Marissa Anita | foto: bernyanyi.com
Dalam episode pelarian itu, Anggi juga menyelipkan sekali dua kali kehidupan tempat asal Thukul di Solo. Ketakutan itu juga ditampilkan dengan tidak adanya tetangga yang membicarakan Thukul. Tapi tidak dengan Sipon (Marissa Anita) istrinya. Meskipun berkali-kali digledah dan disatroni intel, Sipon dan anak-anaknya tampak tenang dan terus beraktivitas. Seolah tau bahwa Thukul selalu akan menjadi orang bebas dalam sudut pandangnya.

Istirahatlah Kata-Kata memberikan semua kegelisahan pada masa itu sampai akhir. Hingga berani pulang dan menemui keluarganya di Jawa, Thukul digambarkan sedang waspada dan tidak gegabah meneruskan perjuangan.

Cerita tentang alasan pelarian Thukul hanya dikisahkan sekilas melalui teks di awal film. Cara yang sama juga dilakukan di akhir film untuk menceritakan Thukul yang memilih pergi ke Jakarta dan menjelaskan bahwa dirinya adalah satu diantara 12 orang yang hilang saat reformasi, sampai sekarang. Karenanya, penting kiranya sebelum menonton Istirahatlah Kata-Kata, mengetahui sedikit kisah siapa itu Wiji Thukul dan apa perannya dalam reformasi sampai dia diburu dan hilang.

Hal menyenangkan lainnya, film ini disambut dengan baik. Layar di 19 kota yang awalnya rata" 1 per beskop, ditambah di hari kedua. Tidak penambahan layar dalam satu beskop, tapi juga menambah jumlah beskop yang menayangkan. Sampai tulisan ini dibuat, di hari ketiga penayangan di Surabaya yang awalnya hanya satu beskop dua kali penayangan, kini jadi 14 penayangan di 3 beskop.

Istirahatlah Kata-Kata | 2016 | Durasi: 105 menit | Sutradara: Yosep Anggi Noen | Penulis: Yosep Anggi Noen | Produksi:  Muara Foundation, Kawan Kawan Film, Partisipasi Indonesia, Limaenam Films | Negara: Indonesia | Pemeran: Gunawan Maryanto, Marissa Anita, Eduwart Boang Manalu, Dhafi Yunan, Melanie Soebono, Joned Suryatmoko

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.